BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat ilmu pengetahuan. Akan tetapi jelaslah
bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat
boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi obyeknya tidak terbatas, jadi
mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang
tersendiri, tingkatan pengetahuan tersendiri.
Filsafat pendidikan merupakan filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan.
Oleh karena itu ada kaitan dengan pendidikan,
maka filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tingkat. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara
kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa
hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai
mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme,
dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,
sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun
kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat
itu sendiri.
B.
Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas penyusun
ingin mengkaji lebih dalam tentang Filsfat pendidikan maka penyusun merusmuskan
masalah sebagai berikaut:
- Apa Pengertian Filsafat Pendidikan?
- Bagaimana Filsafat Pendidikan Menurut Para Ahli?
- Apa saja Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan?
- Apa Tujuan Filsafat Pendidikan?
- Apa Pentingnya Suatu Penentuan Filsafat Dalam Pendidikan?
- Apa Subjek/ Obyek Filsafat Pendidikan?
- Apa Ruang Lingkup Filsafat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat Pendidikan
Kata
filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia,
philos yang berarti cinta, senang dan
suka, serta kata sophia yang
berarti pengetahuan, hikmah dan
kebijaksanaan ( Ali, 1986: 7), jadi philosophia artinya mencintai
kebijaksanaan. Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan oleh
para ahli. Menurut Al-Syaibany (1979: 36), filsafat pendidikan adalah aktifitas
fikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur.
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam
bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan
pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari
filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan
pendidikan secara praktis. Selain itu menurut Muhammad Labib al-Najihi, filsafat
pendidikan yaitu: suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu
sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan (dalam
Azyumardi Azra,Esei-Esei Int elekt ual Muslim, 75)
Dalam filsafat terdapat berbagai
mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme,
dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,
sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun
kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu :
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu :
a.
Filsafat pendidikan “progresif”
Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey,
dan romantik naturalisme dari Roousseau
b.
Filsafatpendidikan“Konservatif”.
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme
(humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.
B. Filsafat Pendidikan Menurut Para Ahli
1. Philisophizing and education are, then, but t wo st ages of the same
endeavo
Philisophizing to think out better
values and idealism, education to realize these in life, in human personality.
Education acting out of the best direction philosophizing in can give, t ries
and beginning primarly wit h the young, t o lead people to build critrised
values to their characters, and in this way to get the highest ideals of
philosophy progressively embodied in their lives. Berfilsafat dan mendidik
adalah dua fase dalam satu usaha.Berfilsafat
adalah memikirkan dan mempert
imbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan
mendidik ialah usaha merealisasi
nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan dan dalam kepribadian manusia. Mendidik
ialah mewuj udkan nilai- nilai yang disumbangkan filsafat, dimulai
dengan generasi muda, untuk membimbing
rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan melembagakannya
dalam kehidupan mer eka. (Kilpat rik
dalam Buku Philosophy
of Educat ion, 10 : 32)
2. John Dewey
John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu
proses pembentukan kemampuan dasar yang fundament al, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan(emot i onal) menuju ke arah tabi’at manusia,
maka filsafat juga dapat diartikan sebagai teori umum pendidikan (Democracy
and Educat ion, p. 383)
3. Van Cleve Morris
Van
Cleve Mprris menyatakan : “Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi
filosofis, karena ia pada dasarnya, bukan alat social semata untuk mengalihkan
cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, akan t etapi ia j uga menj
adi agen (lembaga) yang melayani hat i nurani masyarakat dalam perjuangan
mencapai hari depan lebih baik (Van Cleve Morris, Becaming an Educat ion, p.57
dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, Prof HM. Arifin,
Med, p. 3)
4. Prof. Brameld
Prof.
Brameld berkata
tentang filsafat pendidikan : That is, we should bring philosophy to bear upon
the problems of education as effiently…Kita harus membawa filsafat guna mengatasi
persoalan-persoalan pendidikan secara efisien, jelas,
dan sistematis sedapat mungkin…)
C. Fungsi Filsafat Pendidikan
Ada
beberpa fungsi filsafat pendidikan bagi calon pendidik dan bagi pendidik.
Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah :
a. Memberikan wawasan yang bersifat
komprehensif mengenai hakikat pendidikan.
b. Menjadi asumsi bagi praktek
pendidikan
c. Memberikan pedoman kemana
pendidikan seharusnya diarahkan, yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan
d. Membangun sikap kritis dan
kemandirian intelektual di tengah-tengah teori pendidikan dan praktek
pendidikan yang ada atau sedang berlangsung.
D. Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir
adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca
indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah
tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk
secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Aliran ini juga memandang nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau
disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk
mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai
kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman
dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersebut. Tokoh-tokoh
dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume,
Al Ghazali
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Filsafat pendidikan realisme merupakan filsafat yang memandang
realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan
dunia rohani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan
mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar
manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Relisme juga berpendapat pengetahuan terbentuk berkat
bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Beberapa
tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc
Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
3.
Filsafat Pendidikan Materialisme
Filsafat pendidikan materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme
adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang
beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Filsafat pendidikan pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika
asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang
berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa
tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James,
John Dewey, Heracleitos.
5.
Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat pendidikan eksistensialisme memfokuskan pada
pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan
kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan
manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa
tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber,
Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat pendidikan progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat
atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan
dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa
pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang.
Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang
muatan.
Aliran ini juga berpendapat bahwa tidak
ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis
dan temporal; menyala. Tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut
progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru
antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf
kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Beberapa
tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley,
Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
7.
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsfat
pendidikan esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan
sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka
berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar
intelektual dan moral di antara kaum muda. Esensialisme juga berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada
nilai- nilai yang telah teruji keteguhan, ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.Beberapa tokoh dalam aliran
ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
8. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Filsafat pendidikan perenialisme merupakan suatu aliran dalam
pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu
reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme
yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi
dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu
perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi
pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan
ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan :
1) Program pendidikan yang ideal harus
didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
2) Perkemhangan budi merupakan titik
pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya (
Aristoteles)
3) Pendidikan adalah menuntun
kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas
Aquinas)
9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Filsafat
pendidikan rekonstruksionisme kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas
suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori
oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat
baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline
Pratt, George Count, Harold Rugg.
E. Tujuan Filsafat Pendidikan
1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan
pendidikan;
2. Membantu mempejelas tujuan-tujuan pendidikan;
3. Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut ;
4. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan;
F.
Pentingnya Suatu Penentuan Filsafat
Dalam Pendidikan
Dr. Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani mengemukakan pentingnya penetuan suatu
falsafat bagi pendidikan Islam sebagai berikut :
1. Filsafat pendidikan itu dapat menolong
perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakan pendidikan dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran yang sehat terhadap proses pendidikan. Di samping itu dapat menolong terhadap tujuan-tujuan
dan fungsi- f ungsinya sert
a meningkat kan mut u penyelesaian
maslah pendidikan;
2. Filsafat pendidikan dapat membentuk azas yang khas menyangkut kurikulum, metode, alat -alat pengajaran, dan lain-lain.
3. Filsafat pendidikan mejadi azas terbaik untuk mengadakan penilaian pendidikan
dalam arti menyeluruh. Penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan
yang dilakukan oleh sekolah dan institusi-institusi pendidikan.
4. Filsafat pendidikan dapat menjadi sandaran intelektual bagi para pendidik
untuk membela tindakan-tindakan mereka dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini
juga sekaligus untuk membimbing pikiran mereka di tengah kancah pertarungan
filsafat umum yang mengusasi dunia
pendidikan;
5. Filsafat pendidikan Islam yang berasaskan Islam akan membantu umat Islam untuk pendalaman pikiran bagi
pendidikan Islam dan mengaitkannya dengan factor-faktor spiritual, social,
ekonomi, budaya dan lain-lain, dalam berbagai bidang kehidupan.
G.
Subjek/ Obyek Filsafat Pendidikan
Subjek filsafat adalah seseroang yang berfikir/memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafatpun (sudut pandangannya) ada beberapa
objek yang dikaji oleh filsafat
a. Obyek material yaitu segala sesuatu
yang realitas
1. Ada yang
harus ada, disebut dengan absoluth/ mutlak yaitu Tuhan Pencipta
2. Ada yang
tidak harus ada, disebut dengan yang tidak mutlak, ada yang relatif (nisby),
bersifat tidak kekal yaitu ada yang diciptakan oleh ada yang mutlak (Tuhan
Pencipta alam semesta)
b. Obyek Formal/ Sudut pandangan
Filsafat itu dapat dikatakan
bersifat non-pragmentaris, karena filsafat mencari pengertian realitas secara luas dan mendalam.
Sebagai konsekuensi pemikiran ini, maka seluruh pengalaman-pengalaman manusia
dalam semua instansi yaitu etika, estetika, teknik, ekonomi, sosial, budaya,
religius dan lain-lain haruslah dibawa kepada filsafat dalam pengertian
realita.
Menurut Prof Dr. M. J. Langeveld : “bahwa hakikat filsafat itu berpangkal
pada pemikiran keseluruhan sarwa sekalian scara radikan dan menurut sistem”.
1. Maka
keseluruhan sarwa sekalian itu ada. Ia adalah pokok dari yang dipikirkan orang
dalam filsafat
2. Ada pula
pikiran itu sendiri yang terhadap dalam filsafat sebagai alat untuk memikirkan
pokoknya
3. Pemikiran
itupun adalah bahagian daripada keseluruhan, jadi dua kali ia teradapat dalam
filsafat, sebagai alat dan sebagai keseluruhan sarwa sekalian.
Menurut Mr. D. C Mulder menulis sebagai berikut :
“ Tiap-tiap manusia yang mulai
berpikir tentang diri sendiri dan tentang tempatnya dalam dunia, akan
mengahdapi beberapa persoalan yang begitu penting sehingga persoalan-persoalan
itu boleh diberi nama persoalan-persolan pokok”.
Louis Kattsoff mengatakan lapangan
kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputisegala pengetahuan manusia
serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. Dr. A. C Ewing
mengatakan bahwa kebenaran, materi, budi, hubungan materi dan budi, ruang dan
waktu, sebab, kemerdekaan, monisme lawan fluarlisme dan tuhan adalah termasuk
pertanyaan-pertanyaan poko filsafat.
H. Ruang Lingkup Filsafat
Para ahli mengatakan bahwa ruang
lingkup dari ilmu filsafat yaitu :
·
Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.
·
Tentang ada dan tidak ada.
·
Tentang alam, dunia dan seisinya.
·
Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
·
Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.
·
Tuhan tidak dikecualikan.
Filsafat itu erat hubungannya dengan
pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena dilakukan dengan cara ilmiah dan
mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya.
Ruang lingkup dari filsafat yaitu :
a. Tentang pengetahuan : logika yang memuat :
a. Logika formil yang mempelajari
asas-asas atau hukum-hukun berpikir yang harus ditaati agar kita dapat berpikit
dengan benar dan mencapai kebenaran. jadi bagaimana orang harus berpikir dengan
baik dan aturan-aturan untuk itu. Hukum-hukum logika berlaku dan penting bagi
semua ilmu pengetahuan lainnya pula, bagi filsafat merupakan alat yang harus
dikuasai lebih dahulu.
b. Logika materiil kritik
(epistimologi) Yang memandang ilmu pengetahuan (materil) dan bagaimana isi ini dapat
dipertanggungjawabkan. Jadi mempelajari perihal :
1. Sumber dan asal pengetahuan
2. Alat-alat pengetahuan
3. Proses terjadinya pengetahuan
4. Kemungkinan dan batas pengetahuan
5. Kebenaran dan kekeliruan
6. Metode ilmu pengetahuan dan
lain-lain.
b. Tentang “ada” : metafisika atau ontology
Hal ini mengupas tentang :
1. Apakah arti ada itu?
2. Apakah kesempurnaannya ada itu?
3. Apakah tujuannya ada itu?
4. Apakah sebab dan akibat?
5. Apakah yang merupakan dasar yang
terdalam dari setiap barang yang ada itu?
c. Tentang dunia material : kosmologi
Hal ini membicarakan tentang asal mula atau sumber dan susunan atau
struktur dari alam semesta.
d. Tentang manusia : filsafat tentang manusia.
Orang mengetahui tentang “ada” itu dari adanya sendiri.
e. Tentang kesusilaan : etika
Manusia itu yakin dan wajib berbuat baik dan menghindarkan yang tidak baik
itu menimbulkan berbagai soal, yaitu :
1. Apakah yang disebut baik itu?
2. Apakah yang buruk itu?
3. Apakah ukuran baik atau buruk
itu?
4. Apakah suara batin itu?
5. Apakah kehendak bebas?
6. Apakah artinya kepribadian itu?
f. Tentang Tuhan : Theodyca
Hal inilah yang merupakan
konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan filsafat. Renungan tentang
pengetahuan kita itu membuktikan bahwa manusia itu bukan sumber sari
segala-segalanya, bukan sumber daripada segala pengetahuan.
Singkatnya bahwa ia bukan yang
mutlak, sebab itu harus dicari sumber yang terdalam dan sebab yang terakhir, yang mengatasi manusia sendiri dan
dunia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata filsafat berasal dari
bahasa yunani yaitu philosophia, philos yang
berarti cinta, senang dan suka, serta
kata sophia yang berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan (
Ali, 1986: 7), jadi philosophia artinya mencintai kebijaksanaan. Berbagai
pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Al-Syaibany (1979: 36), filsafat pendidikan adalah aktifitas fikiran yang
teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur. Filsafat
pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang
pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi
dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan pendidikan secara praktis. Selain itu menurut
Muhammad Labib al-Najihi,
filsafat pendidikan yaitu: suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan
filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses
pendidikan (dalam Azyumardi Azra,Esei-Esei Int elekt ual Muslim, 75)
Van
Cleve Mprris menyatakan : “Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi
filosofis, karena ia pada dasarnya, bukan alat social semata untuk mengalihkan
cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, akan t etapi ia j uga menj
adi agen (lembaga) yang melayani hat i nurani masyarakat dalam perjuangan
mencapai hari depan lebih baik (Van Cleve Morris, Becaming an Educat ion, p.57
dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, Prof HM. Arifin,
Med, p. 3)
Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan:
·
Filsafat
Pendidikan Idealisme
·
Filsafat
Pendidikan Realisme
·
Filsafat
Pendidikan Materialisme
·
Filsafat
Pendidikan Pragmatisme
·
Filsafat
Pendidikan Eksistensialisme
·
Filsafat
Pendidikan Progresivisme
·
Filsafat
Pendidikan Esensialisme
·
Filsafat
Pendidikan Perenialisme
·
Filsafat
Pendidikan Rekonstruksionisme
Tujuan Filsafat Pendidikan :
1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan
pendidikan;
2. Membantu mempejelas tujuan-tujuan pendidikan;
3. Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut ;
4. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan;
Subjek filsafat adalah seseroang yang berfikir/memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafatpun (sudut pandangannya) ada beberapa
objek yang dikaji oleh filsafat
a. Obyek material yaitu segala sesuatu yang
realitas
1. Ada yang
harus ada, disebut dengan absoluth/ mutlak yaitu Tuhan Pencipta
2. Ada yang
tidak harus ada, disebut dengan yang tidak mutlak, ada yang relatif (nisby),
bersifat tidak kekal yaitu ada yang diciptakan oleh ada yang mutlak (Tuhan Pencipta
alam semesta)
b. Obyek Formal/ Sudut pandangan
Filsafat itu dapat dikatakan
bersifat non-pragmentaris, karena filsafat mencari pengertian realitas secara luas dan mendalam.
Sebagai konsekuensi pemikiran ini, maka seluruh pengalaman-pengalaman manusia
dalam semua instansi yaitu etika, estetika, teknik, ekonomi, sosial, budaya,
religius dan lain-lain haruslah dibawa kepada filsafat dalam pengertian
realita.
Ruang Lingkup Filsafat Para ahli
mengatakan bahwa ruang lingkup dari ilmu filsafat yaitu :
·
Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.
·
Tentang ada dan tidak ada.
·
Tentang alam, dunia dan seisinya.
·
Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
·
Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.
·
Tuhan tidak dikecualikan.
B. Saran
Dari beberapa buku yang penyusun
baca tentang Filasafat Pendidikan, ada sebagian buku yang mudah dimengerti maksud
dan arti yang terkandung dari pembahasan buku tersebut karena penulis
menggunakan kata-kata yang umum sehingga mudah dimengerti oleh si pembaca
tetapi ada pula sebagian buku yang sulit dimengerti karena terlalu banyak
kata-kata kiasan atau kata-kata perumpamaan yang tidak dengan mudah dimengerti
karena kadang kata-kata perumpamaan itu dibuat oleh penulis buku tersebut dan
yang akan lebih tahu tentang makna yang terkandung dari kata-kata kiasan itu
hanya penulis buku tersebut, dan bagi pembaca buku tersebut mungkin akan
kesulitan mengartikan maksud dan arti makna yang terkandung dari pembahasan
buku tersebut.
Tetapi di samping itu banyak juga
kelebihan yang terdapat dalam buku-buku tersebut seperti bentuk cover yang bagus sehingga menarik minat untuk dibaca, banyak pembahasan
yang bermanfaat, materi yang disajikan dalam buku tersebut cukup menarik untuk
dibaca apalagi bagi seorang pendidik dll.
DAFTAR PUSTAKA
·
Barnadib, 1987. Filsafat
Pendidikan , sistem dan metode. Yogyakarta : IKIP
·
Arifin, H. M. 1987. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Bima Aksara
·
Barnadib. 1987. Dasar-dasar
Pendidikan Perbandingan. Yogyakarta: IKIP
·
Djum beransyah, H. M. 1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya Aditama
·
Jalaludin dan Idi Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta
·
Ali. H. 1990. Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta: kota kembang
·
Syaripudin Tatang dan Kurniasih. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:
percikan Ilmu.
·
http://www.scribd.com/doc/21267981/Filsafat-Pendidikan