Senin, 30 April 2012

FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang

Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat ilmu pengetahuan. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi obyeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang tersendiri, tingkatan pengetahuan tersendiri.
Filsafat pendidikan merupakan filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Oleh karena itu ada kaitan dengan pendidikan, maka filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tingkat. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.

       B.     Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas penyusun ingin mengkaji lebih dalam tentang Filsfat pendidikan maka penyusun merusmuskan masalah sebagai berikaut:

  1. Apa Pengertian Filsafat Pendidikan?
  2. Bagaimana Filsafat Pendidikan Menurut Para Ahli? 
  3.   Apa saja Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan? 
  4.  Apa Tujuan Filsafat Pendidikan?
  5. Apa Pentingnya Suatu Penentuan Filsafat Dalam Pendidikan?
  6. Apa Subjek/ Obyek Filsafat Pendidikan?
  7. Apa Ruang Lingkup Filsafat?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Pendidikan
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia, philos yang berarti cinta, senang dan suka, serta kata sophia yang berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan ( Ali, 1986: 7), jadi philosophia artinya mencintai kebijaksanaan. Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut Al-Syaibany (1979: 36), filsafat pendidikan adalah aktifitas fikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur. Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan  pendidikan secara praktis. Selain itu menurut Muhammad Labib al-Najihi, filsafat pendidikan yaitu: suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan (dalam Azyumardi Azra,Esei-Esei Int elekt ual Muslim, 75)
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu
:
a.       Filsafat pendidikan “progresif”
Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau
b.      Filsafatpendidikan“Konservatif”.
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.
B.     Filsafat Pendidikan Menurut Para Ahli

1.      Philisophizing and education are, then, but t wo st ages of the same endeavo
            Philisophizing to think out better values and idealism, education to realize these in life, in human personality. Education acting out of the best direction philosophizing in can give, t ries and beginning primarly wit h the young, t o lead people to build critrised values to their characters, and in this way to get the highest ideals of philosophy progressively embodied in their lives. Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha.Berfilsafat adalah memikirkan dan mempert imbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan dan dalam kepribadian manusia. Mendidik ialah mewuj udkan nilai- nilai yang disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan melembagakannya dalam kehidupan mer eka. (Kilpat rik dalam Buku Philosophy of Educat ion, 10 : 32)
2.      John Dewey
            John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundament al, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan(emot i onal) menuju ke arah tabi’at manusia, maka filsafat juga dapat diartikan sebagai teori umum pendidikan (Democracy and Educat ion, p. 383)
3.       Van Cleve Morris
                        Van Cleve Mprris menyatakan : “Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya, bukan alat social semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, akan t etapi ia j uga menj adi agen (lembaga) yang melayani hat i nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan lebih baik (Van Cleve Morris, Becaming an Educat ion, p.57 dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, Prof HM. Arifin, Med, p. 3)

4.      Prof. Brameld
                        Prof. Brameld berkata tentang filsafat pendidikan : That is, we should bring philosophy to bear upon the problems of education as effiently…Kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-persoalan pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin…)

C.    Fungsi Filsafat Pendidikan
            Ada beberpa fungsi filsafat pendidikan bagi calon pendidik dan bagi pendidik. Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah :
a.      Memberikan wawasan yang bersifat komprehensif mengenai hakikat pendidikan.
b.      Menjadi asumsi bagi praktek pendidikan
c.      Memberikan pedoman kemana pendidikan seharusnya diarahkan, yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan
d.     Membangun sikap kritis dan kemandirian intelektual di tengah-tengah teori pendidikan dan praktek pendidikan yang ada atau sedang berlangsung.

D.    Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan
    1.      Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Aliran ini juga memandang  nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersebut. Tokoh-tokoh
dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali

    2.      Filsafat Pendidikan Realisme
Filsafat pendidikan realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Relisme juga berpendapat pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

    3.      Filsafat Pendidikan Materialisme
Filsafat pendidikan materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.

     4.      Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Filsafat pendidikan pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

     5.      Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat pendidikan eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.

     6.      Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat pendidikan progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Aliran ini juga berpendapat bahwa tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. Tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.

     7.      Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsfat pendidikan esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Esensialisme juga berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan, ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

    8.      Filsafat Pendidikan Perenialisme
Filsafat pendidikan perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan :
      1)      Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
      2)      Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
      3)      Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)

     9.      Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Filsafat  pendidikan rekonstruksionisme kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.

E.     Tujuan Filsafat Pendidikan

1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan;
2. Membantu mempejelas tujuan-tujuan pendidikan;
3. Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut ;
4. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan;

F.     Pentingnya Suatu Penentuan Filsafat Dalam Pendidikan

Dr. Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani mengemukakan pentingnya penetuan suatu
falsafat bagi pendidikan Islam sebagai berikut :
1.    Filsafat pendidikan itu dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakan pendidikan dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran yang sehat terhadap proses pendidikan. Di samping itu dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi- f ungsinya sert a meningkat kan mut u penyelesaian maslah pendidikan;
2.    Filsafat pendidikan dapat membentuk azas yang khas menyangkut kurikulum, metode, alat -alat pengajaran, dan lain-lain.
3.    Filsafat pendidikan mejadi azas terbaik untuk mengadakan penilaian pendidikan dalam arti menyeluruh. Penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah dan institusi-institusi pendidikan.
4.    Filsafat pendidikan dapat menjadi sandaran intelektual bagi para pendidik untuk membela tindakan-tindakan mereka dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini juga sekaligus untuk membimbing pikiran mereka di tengah kancah pertarungan filsafat umum yang mengusasi dunia pendidikan;
5.    Filsafat pendidikan Islam yang berasaskan Islam akan membantu umat Islam untuk pendalaman pikiran bagi pendidikan Islam dan mengaitkannya dengan factor-faktor spiritual, social, ekonomi, budaya dan lain-lain, dalam berbagai bidang kehidupan.

G.    Subjek/ Obyek Filsafat Pendidikan

Subjek filsafat adalah seseroang yang berfikir/memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafatpun (sudut pandangannya) ada beberapa objek yang dikaji oleh filsafat
a. Obyek material yaitu segala sesuatu yang realitas
1. Ada yang harus ada, disebut dengan absoluth/ mutlak yaitu Tuhan Pencipta
2. Ada yang tidak harus ada, disebut dengan yang tidak mutlak, ada yang relatif (nisby), bersifat tidak kekal yaitu ada yang diciptakan oleh ada yang mutlak (Tuhan Pencipta alam semesta)
b. Obyek Formal/ Sudut pandangan
Filsafat itu dapat dikatakan bersifat non-pragmentaris, karena filsafat mencari pengertian realitas secara luas dan mendalam. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, maka seluruh pengalaman-pengalaman manusia dalam semua instansi yaitu etika, estetika, teknik, ekonomi, sosial, budaya, religius dan lain-lain haruslah dibawa kepada filsafat dalam pengertian realita.
Menurut Prof Dr. M. J. Langeveld : “bahwa hakikat filsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhan sarwa sekalian scara radikan dan menurut sistem”.
1. Maka keseluruhan sarwa sekalian itu ada. Ia adalah pokok dari yang dipikirkan orang dalam filsafat
2. Ada pula pikiran itu sendiri yang terhadap dalam filsafat sebagai alat untuk memikirkan pokoknya
3. Pemikiran itupun adalah bahagian daripada keseluruhan, jadi dua kali ia teradapat dalam filsafat, sebagai alat dan sebagai keseluruhan sarwa sekalian.
Menurut Mr. D. C Mulder menulis sebagai berikut :
“ Tiap-tiap manusia yang mulai berpikir tentang diri sendiri dan tentang tempatnya dalam dunia, akan mengahdapi beberapa persoalan yang begitu penting sehingga persoalan-persoalan itu boleh diberi nama persoalan-persolan pokok”.
Louis Kattsoff mengatakan lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputisegala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. Dr. A. C Ewing mengatakan bahwa kebenaran, materi, budi, hubungan materi dan budi, ruang dan waktu, sebab, kemerdekaan, monisme lawan fluarlisme dan tuhan adalah termasuk pertanyaan-pertanyaan poko filsafat.

H.    Ruang Lingkup Filsafat

Para ahli mengatakan bahwa ruang lingkup dari ilmu filsafat yaitu :
·         Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.
·         Tentang ada dan tidak ada.
·         Tentang alam, dunia dan seisinya.
·         Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
·         Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.
·         Tuhan tidak dikecualikan.                                
Filsafat itu erat hubungannya dengan pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena dilakukan dengan cara ilmiah dan mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya.

Ruang lingkup dari filsafat yaitu :
a. Tentang pengetahuan : logika yang memuat :
a. Logika formil yang mempelajari asas-asas atau hukum-hukun berpikir yang harus ditaati agar kita dapat berpikit dengan benar dan mencapai kebenaran. jadi bagaimana orang harus berpikir dengan baik dan aturan-aturan untuk itu. Hukum-hukum logika berlaku dan penting bagi semua ilmu pengetahuan lainnya pula, bagi filsafat merupakan alat yang harus dikuasai lebih dahulu.
b. Logika materiil kritik (epistimologi) Yang memandang ilmu pengetahuan (materil) dan bagaimana isi ini dapat dipertanggungjawabkan. Jadi mempelajari perihal :
1. Sumber dan asal pengetahuan
2. Alat-alat pengetahuan
3. Proses terjadinya pengetahuan
4. Kemungkinan dan batas pengetahuan
5. Kebenaran dan kekeliruan
6. Metode ilmu pengetahuan dan lain-lain.

b. Tentang “ada” : metafisika atau ontology
Hal ini mengupas tentang :
1. Apakah arti ada itu?
2. Apakah kesempurnaannya ada itu?
3. Apakah tujuannya ada itu?
4. Apakah sebab dan akibat?
5. Apakah yang merupakan dasar yang terdalam dari setiap barang yang ada itu?

c. Tentang dunia material : kosmologi
Hal ini membicarakan tentang asal mula atau sumber dan susunan atau struktur dari alam semesta.

d. Tentang manusia : filsafat tentang manusia.
Orang mengetahui tentang “ada” itu dari adanya sendiri.

e. Tentang kesusilaan : etika
Manusia itu yakin dan wajib berbuat baik dan menghindarkan yang tidak baik itu menimbulkan berbagai soal, yaitu :
1. Apakah yang disebut baik itu?
2. Apakah yang buruk itu?
3. Apakah ukuran baik atau buruk itu?
4. Apakah suara batin itu?
5. Apakah kehendak bebas?
6. Apakah artinya kepribadian itu?

f. Tentang Tuhan : Theodyca
Hal inilah yang merupakan konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan filsafat. Renungan tentang pengetahuan kita itu membuktikan bahwa manusia itu bukan sumber sari segala-segalanya, bukan sumber daripada segala pengetahuan.
Singkatnya bahwa ia bukan yang mutlak, sebab itu harus dicari sumber yang terdalam dan sebab yang terakhir, yang mengatasi manusia sendiri dan dunia.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kata filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia, philos yang berarti cinta, senang dan suka, serta kata sophia yang berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan ( Ali, 1986: 7), jadi philosophia artinya mencintai kebijaksanaan. Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut Al-Syaibany (1979: 36), filsafat pendidikan adalah aktifitas fikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur. Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan  pendidikan secara praktis. Selain itu menurut Muhammad Labib al-Najihi, filsafat pendidikan yaitu: suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan (dalam Azyumardi Azra,Esei-Esei Int elekt ual Muslim, 75)
                        Van Cleve Mprris menyatakan : “Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya, bukan alat social semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, akan t etapi ia j uga menj adi agen (lembaga) yang melayani hat i nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan lebih baik (Van Cleve Morris, Becaming an Educat ion, p.57 dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, Prof HM. Arifin, Med, p. 3)

Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan:
·         Filsafat Pendidikan Idealisme
·         Filsafat Pendidikan Realisme
·         Filsafat Pendidikan Materialisme
·         Filsafat Pendidikan Pragmatisme
·         Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
·         Filsafat Pendidikan Progresivisme
·         Filsafat Pendidikan Esensialisme
·         Filsafat Pendidikan Perenialisme
·         Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

Tujuan Filsafat Pendidikan :
1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan;
2. Membantu mempejelas tujuan-tujuan pendidikan;
3. Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut ;
4. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan;
Subjek filsafat adalah seseroang yang berfikir/memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafatpun (sudut pandangannya) ada beberapa objek yang dikaji oleh filsafat
a. Obyek material yaitu segala sesuatu yang realitas
1. Ada yang harus ada, disebut dengan absoluth/ mutlak yaitu Tuhan Pencipta
2. Ada yang tidak harus ada, disebut dengan yang tidak mutlak, ada yang relatif (nisby), bersifat tidak kekal yaitu ada yang diciptakan oleh ada yang mutlak (Tuhan Pencipta alam semesta)
b. Obyek Formal/ Sudut pandangan
Filsafat itu dapat dikatakan bersifat non-pragmentaris, karena filsafat mencari pengertian realitas secara luas dan mendalam. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, maka seluruh pengalaman-pengalaman manusia dalam semua instansi yaitu etika, estetika, teknik, ekonomi, sosial, budaya, religius dan lain-lain haruslah dibawa kepada filsafat dalam pengertian realita.

Ruang Lingkup Filsafat Para ahli mengatakan bahwa ruang lingkup dari ilmu filsafat yaitu :
·         Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.
·         Tentang ada dan tidak ada.
·         Tentang alam, dunia dan seisinya.
·         Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
·         Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.
·         Tuhan tidak dikecualikan.

B.     Saran

Dari beberapa buku yang penyusun baca tentang Filasafat Pendidikan, ada sebagian buku yang mudah dimengerti maksud dan arti yang terkandung dari pembahasan buku tersebut karena penulis menggunakan kata-kata yang umum sehingga mudah dimengerti oleh si pembaca tetapi ada pula sebagian buku yang sulit dimengerti karena terlalu banyak kata-kata kiasan atau kata-kata perumpamaan yang tidak dengan mudah dimengerti karena kadang kata-kata perumpamaan itu dibuat oleh penulis buku tersebut dan yang akan lebih tahu tentang makna yang terkandung dari kata-kata kiasan itu hanya penulis buku tersebut, dan bagi pembaca buku tersebut mungkin akan kesulitan mengartikan maksud dan arti makna yang terkandung dari pembahasan buku tersebut.
Tetapi di samping itu banyak juga kelebihan yang terdapat dalam buku-buku tersebut seperti  bentuk cover yang bagus sehingga  menarik minat untuk dibaca, banyak pembahasan yang bermanfaat, materi yang disajikan dalam buku tersebut cukup menarik untuk dibaca apalagi bagi seorang pendidik dll.


DAFTAR PUSTAKA

·         Barnadib, 1987. Filsafat Pendidikan , sistem dan metode. Yogyakarta : IKIP
·         Arifin, H. M. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bima Aksara
·         Barnadib. 1987. Dasar-dasar Pendidikan Perbandingan. Yogyakarta: IKIP
·         Djum beransyah, H. M. 1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya Aditama
·         Jalaludin dan Idi Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta
·         Ali. H. 1990. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: kota kembang
·         Syaripudin Tatang dan Kurniasih. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: percikan Ilmu.
·         http://www.scribd.com/doc/21267981/Filsafat-Pendidikan

1 komentar: